DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73
KERJA KITA PRESTASI BANGSA

Minggu, 12 Agustus 2012

JAHILIYYAH MODERN (1)

“Jahiliyyah” , bukan hanya milik kaum pada masa Nabi Muhammad saja, tetapi Jahiliyyah ini adalah istilah bagi suatu kondisi yang jauh dari “cahaya” Allah, kapanpun dan dimanapun. Menurut Ibnu Taimiyah seperti yg dikutip oleh Muhammad Qutb jahl itu bermakna “Tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu.” Karena itu orang yg tidak memiliki pengetahuan tentang yg haq adl jahil apalagi kalau tidak mengikuti yg haq itu. Atau tahu yg haq tapi perilakunya bertentangan dgn yg haq meskipun dia sadar atau paham bahwa apa yg dilakukannya memang bertentangan dgn yg haq itu sendiri.

Ada 4 karakter kejahiliyyahan:

YANG PERTAMA:
DZHANNAL JA
HILIYYAH (PRASANGKA JAHILIYYAH) 3:154

Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhdadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata:" Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini? "Katakanlah:" Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah ". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata:" Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dik
alahkan) di sini ". Katakanlah:" Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh ". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
QS. Ali Imran (3) : 154


(penjelasan QS 3:154)
Kekalahan dalam perang Uhud menjadi sarana dan kesempatan emas bagi Munafiqin (infiltran dan oportunis) dalam tubuh ummat Islam untuk menebar propaganda sesatnya. Mereka menuduh (dzhan) yang jelek kepada Allah (Dzhan Suu); bahwa perang yang dipimpin Allah dan RasulNya (hasilnya) kalah…
jangan-jangan ekonomi juga, jika berdasar kepada Allah dan Rasulnya tidak akan mencapai kemenangan… begitu pula dalam politik, social, budaya, pendidikan, kesenian, hankam dan lain-lain.

Mereka berpra
sangka bahwa Allah tidak sanggup mengurus kehidupan manusia (POLEKSOSBUDMILKAM). Oleh karena itu mereka berkata kepada Rasul: “adakah sebagian urusan yang bisa kami urus sendiri” (Hal Lanaa minal Amri Min Syai’in?). Disinilah propaganda sekuler digencarkan kaum oportunis.

Mereka ingin berbagi dengan Allah. Allah mengurus sebagian urusan hidupnya (ritual) sementara mereka (manusia) juga diberikan hak mengatur sebagian kehidupannya (poleksosbudmilkam).

Propaganda mereka dijawab paten oleh Allah: “Katakanlah (Muhammad) kepada mereka: Seluruh Urusan itu semuanya hak allah mengaturnya” (Qul Innal Amra Kullahu Lillah).

Keinginan untuk memisahkan sebagian kehidupan manusia dari pimpinan Allah dan Rasulnya (sekulerisme) inilah yang oleh Allah kemudian disebut dengan istilah: “Dzhannal Jahiliyyah” (prasangka Jahiliyyah).


Negri manapun dan kapanpun yang menerapkan idiologi sekulerisme ini adalah negeri yang “jahiliyyah”

YANG KEDUA:
HUKUM JAHILIYYAH [5:50]

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?
QS. al-Mai'dah (5) : 50
Sudah bisa dipastikan jika idiologi suatu negeri, adalah idiologi hasil perasan pikiran manusia seperti sekulerisme, maka akan menerapkan hukum (tata aturan) produk pikiran manusia dan menyingkirkan hukum yang bersumber dari wahyu [10:35-36].

Padahal Allah SWT menyatakan bahwa “barangsiapa yang menetapkan hokum tidak berdasar kepada hokum Allah, maka dia itu Kafir, dzalim dan fasiq” [5:44-45-47]. Kenapa?. Karena menetapkan hokum itu hanyalah hak Allah SWT [6:57, 12:40].

Itulah hukum Jahiliyyah.

Negri manapun dan kapanpun yang menerapkan hokum yang tidak bersumber dari wahyu, adalah negeri yang “jahiliyyah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya berkomentar