Jika kita membaca sejarah para sahabat
perempuan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kita akan
banyak menemukan kekaguman-kekaguman yang luar biasa. Mereka bukan hanya
berilmu, berakhlaq, pandai membaca Al Qur’an, tapi juga jago pedang,
berkuda dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi “dokter” yang
pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan perang. Bahkan, ada
di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah!
Subhanallah… Simak kisah mereka..
Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam
yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang
merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan
dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan
gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali
lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama – menghadang
bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman.
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”
Memang
Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada
Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia
maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal
dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang
mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang
Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong
tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk
sanggup mati syahid di jalan Allah.
Nusaibah adalah satu dari dua perempuan
yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua
itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib
dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri.
Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah denga sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa
tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan
perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai
kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur
sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam
berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.
Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya
pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya
membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum
muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya
berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan
pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”
Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu
Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang
meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku
tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan
beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny
Qumaiah memukulku.”
Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu,
ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di
surge!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak
perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya berkomentar