DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73
KERJA KITA PRESTASI BANGSA

Kamis, 16 Agustus 2012

hutbah idul fitri oleh Ust. A. Zakaria

الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ، وَرَسُولُهُ،

Hadirin yang berbahagia, alhamdulillah kita telah dapat menyelesaikan ibadah shaum ramadhan sebulan lamanya. Pada hari ini kita melaksanakan ‘Idul Fithri sebagai pertanda mengakhiri shaum ramadhan. Mudah-mudahan shaum kita tidak hanya merasakan haus dan lapar saja, tetapi mendapatkan jaminan pengampunan dosa.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Hadirin sekalian! Setiap orang pasti akan merasa bangga bila mendapatkan warisan harta yang banyak. Karena dengan harta itu akan dapat menjadi bekal untuk menghidupi keluarga. Pada hakikatnya al-Qur`an juga adalah warisan. Al-Qur`an adalah warisan untuk dijadikan pedoman dan bekal hidup meraih keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar. (QS. Fathir [35]: 32)
Dalam ayat tersebut Allah mengungkapkan dengan kata Tsumma auratsna al-Kitaba (kemudian Kami wariskan al-Qur`an). Ini berarti bahwa al-Qur`an itu adalah warisan. Demikian juga dalam hadits shahih, Nabi shallallähu ‘alaihi wa sallam mengungkapkan:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ

Kami tinggalkan untuk kamu dua pusaka
Dua pusaka tersebut adalah al-Qur`an dan al-Hadits. Ini berarti bahwa al-Qur`an dan al-Sunnah merupakan tirkah sebagaimana halnya harta warisan disebut tirkah. Maka dengan ungkapan warisan seyogyanya umat Islam: pertama, merasa bangga dengan warisan al-Qur`an sebagaimana mendapatkan warisan harta dan kekayaan. Bila Nabi shallallähu ‘alaihi wa sallam mewariskan 10.000 ekor unta atau 10.000 ton kurma, tentu tidak akan sampai kepada kita. Terlebih sampai ke Indonesia, untuk bangsa Arab pun tidak akan cukup. Sedangkan warisan al-Qur`an dan a-Hadits itu abadi dan dapat dimiliki oleh setiap orang Islam.
Kedua, sadar untuk mengkaji dan mempelajari isi kandungan al-Qur`an untuk dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Layaknya mendapat warisan harta, kita pun harus sadar dan siap menggarap tanah warisan sebagai bekal hidup.
Ketiga, siap membela dan mempertahankan al-Qur`an dan ajarannya. Hal ini sebagaimana orang yang memperoleh warisan harta berusaha membela dan mempertahankannya bila ada yang menggugatnya.
Keempat, menyadari batas-batas kegamaannya agar tidak bercampur antara hak dan batil; antara hidayah dan dholalah. Hal ini karena al-Qur`an memang sebagai furqan; pembeda antara hak dan batil. Seperti halnya pemilik warisan, tentu akan mengetahui batas-batas tanah miliknya.
Kelima, mengevaluasi sejauh mana pesan-pesan al-Qur`an telah diamalkan. Al-Qur`an adalah rahmatan li al-‘alamin; rahmat untuk seluruh alam. Bukan saja bagi manusia saja, binatang pun harus merasakan kasih sayang dengan perlakuan yang baik.
Setiap manusia pasti ingin selamat. Jangankan yang muslim, orang kafir pun ingin selamat. Bahkan pencuri saja mau selamat. Buktinya pencuri mengucapkan alhamdulillah bila tidak kepergok atau tidak tertangkap. Demikian juga tikus, ia mau selamat. Ia lari karena takut dibunuh, tetapi sayangnya ia tidak tahu jalan keselamatan. Uang 100 ribu digigit sampai habis untuk dijadikan sarang, sementara ikan dalam perangkap diambil, padahal itu mencelakakan dirinya. Manusia ingin meraih keselamatan. Maka tidak ada resep dan konsep kecuali mengikuti petunjuk al-Qur`an, karena al-Qur`an memberikan petunjuk mengenai jalan keselamatan.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Hadirin yang berbahagia! Dalam ayat di atas diungkapkan bahwa ada tiga klasifikasi pewaris al-Qur`an, yaitu:
Pertama, Zhalimun li nafsihi; yang zalim terhadap dirinya. Ia mengaku seorang muslim, percaya bahwa al-Qur`an adalah kalamullah, wahyu dari Allah, tetapi ia tidak tertarik untuk mengkaji, mempelajari, dan mengamalkan pesan-pesannya, apalagi mendakwahkan dan mensosialisasikannya. Keadaan ini seperti pemilik warisan yang tidak mau menggarap tanah warisannya. Ia tidak mau menanam sehingga menikmati hasil tanah warisan tersebut.
Ibnu Katsir mendefinisikan zhalimun li nafsihi itu ialah:

اَلْمُفَرِّطُ فِي فِعْلِ بَعْضِ الْوَاجِبَاتِ الْمُرْتَكِبُ لِبَعْضِ الْمُحَرَّمَاتِ.

Yang lalai dalam melaksanakan kewajiban dan masih suka melakukan hal-hal yang diharamkan.
Kedua, muqtashid; ialah yang pertengahan; yaitu orang yang tidak serius dan tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan petunjuk al-Qur`an. Seperti halnya pemilik warisan yang tidak sungguh-sungguh dalam menggarap tanahnya. Ia tidak berupaya meningkatkan produksi pertaniannya.
Ibnu Katsir mendefinisikannya sebagai berikut:

اَلْمُؤَدِّى لِلْوَاجِبَاتِ التَّارِكُ لِلْمُحَرَّمَاتِ وَقَدْ يَتْرُكُ بَعْضَ الْمُسْتَحَبَّاتِ.

Orang yang sadar melakukan kewajiban dan meninggalkan apa-apa yang diharamkan, tetapi kadang masih meninggalkan hal-hal yang sunat.
Ketiga, sabiqun bi al-khairat; ialah yang berlomba dalam melaksanakan kebaikan. Ia dapat memanfaatkan semua peluang dan kesempatan untuk beramal shaleh. Menurut Ibnu Katsir mereka ialah:

اَلْفَاعِلُ لِلْوَاجِبَاتِ وَالْمُسْتَحَبَّاتِ اَلتَّارُ لِلْمُحَرَّمَاتِ وَالْمَكْرُوْهَاتِ وَبَعْضِ الْمُبَاحَاتِ.

Yang melakukan hal-hal yang wajib dan sunnat, meninggalkan yang haram juga yang makruh dan sebagian perkara-perkara yang mubah.
Demikianlah klasifikasi pewaris al-Qur`an.
Kita tidak dapat menutup mata bahwa masih banyak umat Islam yang zhalimun li nafsihi, bahkan mungkin mayoritas. Sedikit sekali umat Islam yang sabiqun bi al-khairat, bahkan yang muqtashid. Oleh karenanya, bagaimana mungkin Islam dirasakan sebagai rahmatan li al-‘alamin bila kondisi umat Islam demikian. Kondisi ini menuntut pembenahan, pembinaan dan bimbingan umat Islam dalam meningkatkan kesadaran beragama dan siap membela serta memperjuangkan Islam di muka bumi ini.
Tujuan diturunkannya al-Qur`an
Manusia adalah makluk yang akan menjalani hidup di dunia yang sementara dan hidup di akhirat kelak yang abadi. Untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, tentu saja diperlukan petunjuk. Allah telah menurunkan al-Qur`an sebagai petunjuk hidup untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat. Diantara fungsi al-Qur`an adalah:
Pertama, sebagai sumber hukum

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat, (QS. Al-Nisa [4]: 105)

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Ma`idah [5]: 50)
Kedua, sebagai petunjuk hidup

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Ketiga, mengeluarkan manusia dari kegelapan

الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1)

Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim [14]: 1)

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)

Hai ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Ma`idah [5]: 15-16)
Keempat, sebagai obat yang menyembuhkan segala penyakit hati

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57)

Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]: 57)
Demikianlah di antara tujuan mengapa al-Qur`an diturunkan. Tentu saja dengan berpedoman kepada al-Qur`an manusia dijamin dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, mendapatkan petunjuk jalan keselamatan, dapat keluar dari alam kegelapan kepada alam yang terang benderang, dan dapat terbebas dari seluruh penyakit hati seperti malas, kikir, sombong, rakus, riya, hasud dan penyakit lainnya.
Salah memfungsikan al-Qur`an
Al-Qur`an adalah petunjuk hidup bagi manusia yang ditulis dengan bahasa Arab. Untuk memahaminya dengan benar diperlukan seperangkat ilmu sebagai dasar memahami dengan tepat dan benar. Ilmu tersebut adalah ilmu nahwu, sharaf, ushul fiqiah, ‘ulumul qur`an, dan ilmu-ilmu lainnya yang menunjang mengetahui isi al-Qur`an dengan benar. Akan tetapi, kadang masih terdapat yang memfungsikan al-Qur`an sebagai azimat, jampe, pelet, atau sebagai obat penyakit fisik dan sebagai khasiat yang lainnya seperti ingin kaya, naik pangkat atau jabatan dan lainnya. meskipun menggunakan al-Qur`an, ini dianggap sesat karena telah menggunakan al-Qur`an tidak sesuai dengan semestinya.
Sejauh mana petunjuk al-Qur`an telah diamalkan
Umat Islam tidak hanya dituntut rajin membaca dan mempelajari al-Qur`an. Akan tetapi, mereka pun dituntut untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari; baik berupa ibadah ritual ataupun ibadah sosial. Hal ini seperti halnya perilaku Nabi Muhamad shallallähu ‘alaihi wa sallam yang diungkapkan oleh ‘Aisyah radhiya Alläh ‘anh sewaktu ditanya: “Bagaimana sikap dan akhlak Nabi?” Ia menjawab:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنُ

Akhlaknya adalah al-Qur`an
Dengan kata lain, Nabi adalah penjelmaan al-Qur`an. Demikian juga sikap para sahabat Nabi. Mereka begitu kuat untuk mengamalkan kandungan al-Qur`an sampai ada yang mencoba mengevaluasi mana saja ayat yang belum diamalkan. Mereka baca dari awal al-Qur`an (al-Fatihah) sampai akhir akhir (al-Nas), kemudian dievaluasi mana ayat yang belum diamalkan. Akhirnya mereka menyimpulkan dengan ungkapan: “Tiga ayat al-Qur`an yang belum merata diamalkan oleh para shabat Rasululläh.”
Diantara tiga ayat yang belum diamalkan tersebut adalah surat al-Nur ayat 58. Ayat ini melarang anak yang belum dewasa masuk kamar orang tua dalam tiga waktu: yaitu setelah zhuhur, setelah isya, dan sebelum shubuh. Karena ketiga waktu itu adalah waktu-waktu yang aurat. Mereka harus meminta izin untuk masuk kamar orang tua dalam waktu-waktu tersebut.
Hadirin yang berbahagia! Dengan demikian kita dituntut untuk menjadikan al-Qur`an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup guna meraih keselamatan di dunia dan akhirat; meraih hasanah di dunia dan menggapai hasanah di akhirat.
Orang yang paling merugi ialah orang yang menderita di akhirat; yaitu kekal di neraka. Sedangkan orang yang paling beruntung ialah mereka yang meraih kebahagiaan di akhirat dengan memasuki surga. Surga adalah tempat kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi. Untuk meraihnya, ikutilah petunjuk al-Qur`an dan al-Sunnah. Jadikanlah keduanya pedoman hidup kita.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Mudah-mudahan Allah membuka pintu hati kita untuk menerima dan mengamalkan petunjuk-Nya amin.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya berkomentar