Dikisahkan....seekor
anjing yang sangat rakus. Dengan tubuhnya yang besar dan gigi
taringnya yang tajam, ditambah suaranya yang nyaring, si Rakus ini
menjadi raja jalanan.
Sudah
banyak korban sesama anjing yang direbut makanannya oleh si rakus.
Kerap makanan dimulutnya belum habis, si rakus merebut paksa makanan
dari anjing lainnya.
Suatu
hari ia kelaparan, jalanan sepi, hanya angin semilir yang mengelus
elus perutnya yang kempes. Setelah mondar mandir ke berbagai arah
dengan jarak tempuh yang jauh, akhirnya ia temukan sepotong daging,
mungkin agak basi sisa makanan manusia yang dibuang ke tempat sampah.
“ah....daripada tidak ada”, kata si Rakus.
Berjalan
melewati sungai dengan jembatan bambu yang kecil. Ketika ia melihat
kebawah, ia temukan sepotong daging segar sedang digigit seekor anjing
besar. Ia lompat untuk merebut makanan yang digigit anjing tadi, mungkin
si rakus tertarik oleh segarnya daging yang dibawa anjing lain..
Tak
disangka ternyata, yang diterkam si Rakus adalah bayangan dirinya
sendiri yang dipantulkan air bening sungai kecil. Badannya basah kuyup,
daging yang digigitnya hanyut oleh arus sungai dan nyawanya terancam.
Susah payah rupanya si Rakus keluar dari kemelut maut. Walau akhirnya
berhasil juga ia naik ke darat dengan nafas yang terengah engah.
Berjalan lunglai tanpa tenaga, dengan perutnya yang semakin lapar. Oh kasihan.
(cerita disadur dari Kitab “Bahrul Adab”)
Tentu saja cerita itu adalah fiktif. Namun ada pesan mulia yang termuat dibalik cerita itu:
Pesona dunia itu sangat menipu, fatamorgana dan nisbi
Firman Allah SWT berikut ini: “Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu
yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)
Pesona dunia membuat penikmatnya mencandu, bertobatlah dari candu khayal duniawi.
Rasulullah saw bersabda,
"Andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari emas
pasti ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak ada yang dapat menutup
mulutnya (menghentikan kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah (maut).
Dan Allah berkenan memberi taubat kepada siapa yang bertaubat." (Bukhari - Muslim)
Kerakusan pada dunia berakibat mencelakakan diri sendiri.
Rasulullah saw berikut ini: “Kalau
begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang
melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika
dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk
orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka
berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya berkomentar