Hasil penelitian di Mesir dan Saudi menyebutkan bahwa siswa yang berprestasi rata-rata penghafal Alquran.
Meski
tak ada data yang pasti, jumlah umat Islam di Tanah Air yang masih buta
huruf Alquran diperkirakan masih sangat tinggi. Salah satu faktanya,
separuh jamaah haji asal Indonesia yang berangkat setiap tahun ke Tanah
Suci ternyata buta huruf Alquran alias tak bisa membaca kitab suci.
Kondisi
itu tentu sangat memprihatinkan. Apalagi, Indonesia merupakan negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Kini, gerakan untuk membebaskan
umat dari buta huruf Alquran memang tengah digulirkan. Namun, upaya itu
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Pakar tafsir yang juga
Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ), Dr Muchlis Hanafi, mengungkapkan,
guna mencegah munculnya generasi buta huruf Alquran, setiap pelajar
Muslim di Tanah Air harus bisa membaca dan memiliki hafalan Alquran.
Menurut dia, Indonesia bisa mencontoh Mesir.
Doktor tafsir dari
Universitas Al Azhar itu, mengungkapkan, di Mesir, anak-anak telah
menghafal Alquran sebelum masuk sekolah dasar. ''Jadi, melalui katatib
atau kuttab (tempat-tempat menghafal Alquran), anak-anak sejak kecil
menghafal Alquran,'' papar Muchlis.
''Begitu tamat madrasah
Ibtidaiyah atau SD di Al-Azhar, anak-anak sudah selesai hafal Alquran 30
juz. Anak-anak di sana hafal Alquran umur sembilan tahun atau paling
lambat 13 tahun,'' tuturnya. Muchlis mengungkapkan, hasil penelitian di
Mesir dan Saudi menyebutkan bahwa siswa-siswa yang berprestasi
rata-rata mereka hafal Alquran.
''Jadi, hafalan Alquran itu
sangat menunjang prestasi belajar para siswa. Selain tentunya hafalan
Alquran itu sendiri membantu meningkatkan kesehatan mental anak. Ini hal
positif,'' ungkapnya. Namun, kata dia, jangan hanya berhenti pada
hafalan.
Hafalan Alquran itu perlu terus dikembangkan. Karena
itu, di pesantren yang didirikan Pusat Studi Alquran (PSQ), Pesantren
Baitul Quran sebanyak 19 orang huffadz yang sudah hafal 30 juz diberi
wawasan keilmuan, wawasan kewirausahaan, training, bermacam-macam
training selama enam bulan.
Menurut Muchlis, sekarang anak-anak
kecil sudah banyak yang pandai membaca Alquran. Setelah bisa membaca
Alquran, kata dia, perlu digalakkan program hafalan alias tahfiz
Alquran. Sekarang ini, tuturnya, semangat menghafal Alquran sangat
tinggi sekali.
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr
Ahsin Sakho Muhammad menambahkan, periode menghafalkan Alquran itu
harus mulai dari taman kanak-kanak sampai umur enam tahun. Jadi, anak
sudah bisa menghafal Alquran. Kemudian mulai SD belajar umum, lalu
sorenya dilanjutkan dengan menghafal Alquran ternyata hasilnya bagus
sekali.
''Ini yang dilakukan oleh orang-orang Arab Saudi dan
Mesir. Paginya sekolah umum, sore hari setelah pulang sekolah
dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Ternyata di Palestina sekarang
ribuan anak sudah menghafal Alquran. Kemudian di masa musim liburan
anak-anak dimasukkan ke dalam tahfiz Alquran,'' ungkap Ahsin.
Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur tengah
mempersiapkan lahirnya para dosen, dekan hingga rektor yang hafal
Alquran.
''Di dunia ini Perguruan Tinggi yang paling hebat
Harvard University, AS. Perguruan Tinggi yang nomor satu milik Islam
adalah Al-Azhar Kairo Mesir. Orang tatkala menyebut nomor satu tidak ada
yang mengklaim nomor dua apalagi nomor empat. Makanya saya katakan
kepada mahasiswa dan dosen di sini kita harus harus ambil posisi kosong
itu. Kapan? Bukan sekarang tapi 25 tahun yang akan datang,'' papar
Rektor UIN Malang, Prof Imam Suprayogo.
Guna memenuhi target
itu, sejak 2009 UIN Malang merekrut 35 mahasiswa baru yang sudah hafal
Alquran. ''Saya ambil dari pondok, aliyah-aliyah yang ada di Indonesia.
Ke-35 itu kita beri beasiswa, uang saku, uang buku dan macam-macam.
Nanti kalau empat tahun mereka lulus dan nilainya baik lalu kita
teruskan di S-2 hingga S-3,'' tuturnya.
Menurut Imam, dunia harus
diprogram. ''Dunia jangan tumbuh alamiyah. Kalau alamiyah, tidak indah.
Pemimpin kampus juga diprogram sehingga nanti menjadi indah jangan
hanya berjalan alami.''
Karena itulah, Ustaz Yusuf Mansur
meluncurkan program i'daad. Lewat program itu, para siswa SD yang akan
meneruskan ke SMP atau SMP ke SMA atau SMA ke perguruan tinggi bisa
vacuum satu tahun dari pendidikan umum. Selama satu tahun itulah, mereka
digembleng dan dibekali dengan pendidikan Alquran dan Sunah. Sehingga,
mereka memiliki bekal berupa kekuatan tauhid yang sangat kokoh dalam
mengarungi kehidupan.
Prof Imam menilai, program i'daad seperti
itu perlu didukung, karena merupakan memprogram masa depan, bukan
memprogram ujian. ''Saya senang sekali kalau ada inovasi seperti ini.
Karena itu perlu kita dukung bersama-sama,'' paparnya. Upaya itu,
dinilai sebagai usaha untuk menciptakan nuansa Qurani di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya berkomentar