DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 73
KERJA KITA PRESTASI BANGSA

Minggu, 09 Desember 2012

PEMIMPIN JUJUR


==== PEMIMPIN JUJUR YANG TAHU HAK RAKYATNYA ====

Ketika Khalifah Al-Manshur ibn Abi Amir Al-Hajib berkuasa di Andalusia (Spanyol), dia bermaksud membangun sebuah jembatan raksasa untuk menghubungkan dua kota yang dibelah sungai. Proyek ini tentu saja akan menelan biaya besar. Anggaran yang diajukan kepada Khalifah mencapai seratus empat puluh ribu dinar emas. Bagi Khalifah, biaya tidak jadi masalah yang penting jembatan itu bisa segera dibangun karena sangat bermanfaat bagi kelancaran transportasi dan hubungan ekonomi.

Khalifah telah menyetujui proyek pembangunan jembatan dengan segala biayanya. Namun, pembangunan itu tidak segera dilaksanakan karena mengalami hambatan. Ada sepetak tanah milik seorang tua lagi miskin di seberang sungai yang harus dilelang terlebih dahulu. Sekalipun tanah itu sempit, tapi sangat menentukan, karena pada tanah itulah fondasi jembatan akan ditegakkan.

Laporan pelaksana proyek ditanggapi oleh khalifah, lalu diperintahkan kepada bawahannya agar menawar ganti rugi tanah tersebut. Pemilik tanah menawarkan 10 dinar emas, dan langsung disetujui. Transaksi pun dilaksanakan.

Pemilik tanah sangat gembira, merasa tanahnya laku mahal. Seandainya tanah itu ditawar 5 dinar saja, akan aku lepas katanya dalam hati. Uang ini akan dibelikan tanah baru dan sisanya akan kutabung.

Di lain pihak para utusan Khalifah merasa bangga bisa menyelesaikan kendala yang dihadapi selama ini. Mereka berpikir akan mendapatkan penghargaan yang tinggi. Akan tetapi, ketika melapor kepada Al-Manshur bukan disambut dengan wajah ceria. Wajah Khalifah kelihatan berubah, seraya bertitah, ‘’Jemput orang tua itu, hadapkan kepadaku sekarang juga.

Perintah pun langsung dilaksanakan. Orang tua pemilik tanah itu dengan wajah pucat lesu dihadapkan kepada Khalifah di istana. Berbagai pikiran memenuhi benak hatinya, tetapi Al-Manshur menyambutnya dengan wajah manis dan penuh senyum.
Wahai Bapak tua, betulkah Engkau rela menjual tanah dengan harga 10 dinar emas? Benar aku telah ikhlas menjualnya, Tuanku, jawab pemilik tanah.

Bapak tua, tanah itu diperlukan untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu, aku sampaikan terima kasih atas kesedianmu menjual tanah tersebut dengan harga yang begitu murah. Engkau telah berpartisipasi dalam pembangunan, karenanya aku bayarkan harga tanah itu dengan 100 dinar emas. Semoga Allah memberkati hidupmu, kata Khalifah.

Pemilik tanah sangat terperanjat mendengar kata Khalifah, hingga tubuhnya terasa lunglai. Dia sangat bersyukur kepada Allah, karena tidak pernah membayangkan akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah sebesar itu.

APA MAKNA DARI KISAH TERSEBUT

Kisah tersebut mencerminkan sikap seorang pemimpin yang jujur dan konsisten.Meski orang itu sudah sangat puas dengan harga yang diminta, namun karena harga pasar lebih tinggi daripada yang diminta orang itu, Khalifah memutuskan untuk tetap membayar ganti rugi dengan harga yang layak (harga pasar). Sebetulnya sudah tidak ada masalah karena orang itu sudah rela dengan harga yang ditetapkan sendiri dan tidak perlu juga dibayar dengan harga pasar. Namun, karena sangat bersyukur dan bangganya Khalifah terhadap orang yang ikhlas itu, beliau malah menambah lagi jumlah ganti rugi, melebihi harga pasar.

BAGAIMANAKAH DENGAN PEMIMPIN KITA SEKARANG ?????
Di tengah pembangunan yang penuh dengan proyek di zaman ini, masih tersisakah keteladanan Al-Manshur, penguasa yang jujur dan adil dalam melihat persoalan tanah dan menjadi benteng bagi rakyatnya yangh lemah??? Kita justru telah menjadi saksi ratusan KASUS PENGGUSURAN TANAH YANG TIDAK ADIL, ataukah KITA SENDIRI PELAKU KETIDAKADILAN itu??? Bukankah, kemanusiaan yang adil dan beradab yang senantiasa digemborkan itu merupakan landasan pembangunan.

Wallahu’alam bis showab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya berkomentar